OBAT DAN MASA KEHAMILAN
Prasojo Pribadi
Abstrak
Penggunaan obat sering kali
dapat menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada janin selama masa kehamilan.
Survei tentang penggunaan obat selama kehamilan, sekitar 35% wanita di Inggris
minum obat sekurang–kurangnya sekali selama hamil, meskipun hanya 6% minum
suatu obat selama trimester pertama. Obat adalah suatu produk buatan yang hanya diberikan bila ada indikasi
medis, termasuk yang namanya vitamin. Obat adalah suatu zat yang dibuat dengan
tujuan untuk mendapatkan efek pengobatan (terapi) bila diberikan pada individu
yang sakit atau memerlukan pengobatan. Mengingat obat bukan dihasilkan secara
alami, maka obat termasuk zat asing yang bila diberikan kepada ibu hamil berpotensi
menimbulkan efek samping pada ibu dan janin yang dikandungnya. Sikap
berhati-hati menggunakan obat perlu dimiliki wanita hamil. Sikap itu didasari kenyataan terpengaruhnya calon
bayi bila wanita hamil
menggunakan obat.
Kata kunci: Obat,
Janin, Hamil
PENDAHULUAN
Penggunaan obat selama kehamilan
merupakan suatu masalah khusus. Bagi wanita, mengetahui sedini mungkin bahwa
dirinya positif hamil adalah sangat penting karena pada beberapa minggu pertama
kehamilan, akan terjadi pembentukan organ-organ tubuh yang vital. Kehamilan adalah suatu
fenomena fisiologis yang dimulai dengan pembuahan dan diakhiri dengan proses
persalinan (Mansjoer, 1999 dalam Mahardinata, 2009). Selama masa kehamilan, ibu
dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Perubahan-perubahan
fisik dan emosi pada diri ibu hamil biasanya terjadi setiap trimester selama
kehamilan. Setiap trimester mempunyai karakteristik yang harus diketahui oleh
ibu hamil. Masa kehamilan dibagi dalam 3 tahap. Tahap
pertama disebut trisemester pertama kehamilan
(tiga bulan pertama masa kehamilan). Tahap ini merupakan tahap
paling kritis karena pada tahap ini berlangsung proses pembentukan organ-organ
penting bayi. Dalam tahap ini janin sangat peka terhadap kemungkinan kerusakan
yang disebabkan obat, radiasi dan atau infeksi yang menyerang. Penyebab
kerusakan terhadap calon bayi tersebut disebut teratogen. Pemberian obat-obat
tertentu boleh jadi akan memberikan kecacatan lahir.
Penggunaan obat sering kali dapat menyebabkan efek yang tidak dikehendaki
pada janin selama masa kehamilan (Anonim, 2006 dalam Mahardinata, 2009). Survei
tentang penggunaan obat selama kehamilan, sekitar 35% wanita di Inggris minum
obat sekurang–kurangnya sekali selama hamil, meskipun hanya 6% minum suatu obat
selama trimester pertama. Penggunaan obat selain di luar suplemen besi dan
vitamin serta obat–obat yang digunakan selama bersalin. Obat yang paling banyak
dipakai adalah analgetik non-narkotik, sebesar 12,9%; obat antibakteri 10,3%;
dan antasida 7,4%. Sebuah tinjauan tentang penelitian epidemiologi pada
kehamilan di Amerika Utara dan Eropa selama jangka waktu 25 tahun menemukan
tingkat penggunaan obat yang selalu tinggi (Rubin, 2000). Pemberian obat pada
wanita hamil sering kali diperlukan dan diperkirakan, sekitar 90% wanita hamil
pernah mendapat sekitar 3 atau 4 obat selama masa kehamilannya. Laporan lain
menyimpulkan bahwa sepertiga dari 100% wanita hamil mendapatkan sedikitnya satu
seri pengobatan yang baru (Aslam et al, 2003 dalam Mahardinata, 2009). Terdapat laporan bahwa 20 – 25% ibu hamil menggunakan obat-obatan
secara teratur selama kehamilan. Kelainan kongenital
major terjadi pada 3 – 4% kelahiran hidup dan 70% dari kelainan tersebut
tidak diketahui penyebabnya. Terdapat perkiraan bahwa 2 – 3% kelainan kongenital major disebabkan oleh obat
dan 1% disebabkan oleh polusi lingkungan.
Obat
adalah suatu produk buatan yang hanya diberikan bila ada indikasi medis, termasuk
yang namanya vitamin. Obat adalah suatu zat yang dibuat dengan tujuan untuk
mendapatkan efek pengobatan (terapi) bila diberikan pada individu yang sakit
atau memerlukan pengobatan. Mengingat obat bukan dihasilkan secara alami, maka
obat termasuk zat asing yang bila diberikan kepada ibu hamil berpotensi
menimbulkan efek samping pada ibu dan janin yang dikandungnya. Sikap
berhati-hati menggunakan obat perlu dimiliki wanita hamil. Sikap itu didasari kenyataan terpengaruhnya calon
bayi bila wanita hamil
menggunakan obat yang sebagian besar merupakan bahan kimia itu. Namun sikap ini
jangan pula ditindaklanjuti dengan ketakutan menggunakan obat. Kalau memang
diperlukan, obat akan sangat bermanfaat.
KEHAMILAN
Kehamilan adalah sebuah proses yang diawali keluarnya sel
telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan
keduannya menyatu membentuk sel yang akan bertumbuh (Anonim, 2004 dalam Mahardinata, 2009).
Seorang ibu dikatakan hamil apabila sudah
terdengar bunyi denyut jantung janin serta terlihatnya tulang janin melalui ultrasonografi (USG) dan dalam foto rontgen (Mochtar, 2002 dalam
Mahardinata, 2009).
Kehamilan dibagi 3
fase yaitu :
1.
Trimester 1
antara 0 sampai 12 minggu
2.
Trimester 2
antara 12 sampai 28 minggu
3.
Trimester 3
antara 28 sampai 40 minggu
Menurut Wiknjosastro (1999) pada wanita hamil
terdapat dan gejala antara lain sebagai berikut :
a)
Amenore
Gejala
ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak haid lagi. Penting
diketahui tanggal pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya
kehamilan dan pesalinan.
b)
Nausea (eneg)
dan emisis (muntah)
Eneg
umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, disertai kadang-kadang
emosi. Morning sickness dalam
batas-batas tertentu keadaan ini masih fisiologik. Bila terlampau sering dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan.
c)
Mengidam
(menginginkan makanan atau minuman tertentu)
Mengidam
sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi menghilang dengan makin
tuanya kehamilan.
d) Pingsan
Sering
dijumpai bila pada tempat-tempat ramai, dianjurkan pada bulan pertama tidak
ditempat itu. Keadaan ini akan menghilang sesudah kehamilan 16 minggu.
e)
Payudara
tegang dan membesar
Keadaan
ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progestron yang merangsang duktuli da
alveoli di payudara.
f)
Anoreksia
(tidak nafsu makan)
Pada
bulan-bulan pertama tidak anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan timbul
lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian makanan, sehingga
kenaikan berta badan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
FARMAKOKINETIKA SELAMA KEHAMILAN
- Farmakokinetika adalah studi
mengenai bagaimana obat bekerja dalam tubuh.
- Absorbsi
obat selama kehamilan berubah oleh karena
pengosongan lambung dan sekresi asam lambung menurun dan motilitas usus
menurun. Volume tidal paru
meningkat sehingga dapat mempengaruhi absorbsi obat inhalasi.
- Distribusi
volume berubah selama kehamilan. Volume plasma
> 40%, volume cairan tubuh total > 7 – 8 L dan lemak tubuh > 20 –
40%. Meskipun terdapat perubahan perubahan tersebut (yang diharapkan akan
menurunkan kadar obat) , kadar albumin < dan asam lemak bebas serta
lipoprotein > . Sebagai akibatnya, pengikatan protein obat lebih rendah
pada keadaan hamil sehingga kadar obat bebas (yang secara biologis
aktif) dalam sirkulasi meningkat .
- Metabolisme
dan eliminasi obat selama hamil berubah. Kadar
hormon steroid yang tinggi akan mempengaruhi metabolisme di hepar dan
memperpanjang waktu paruh obat. Laju flitrasi glomerulus meningkat
50 –60% sehingga “clearance” obat di ginjal meningkat.
TERATOGENESITAS
- Didefinisikan sebagai disgenesis (pembentukan keliru) dari
organ-organ janin secara structural maupun fungsional (misalnya fungsi
otak). Manifestasi yang khas dari teratogenesis berupa pertumbuhan yang
terhambat atau kematian dari janin, karsinogenesis dan malformasi struktur
organ maupun fungsinya (Tjay dan Kirana, 2007)
- Teratogenesitas merupakan penelitian mengenai perkembangan janin abnormal dan
merujuk pada abnormalitas struktural dan fungsional
- Selain zat ber molekul besar (seperti heparin) , semua
obat yang diberikan pada ibu akan melintasi plasenta pada tingkatan
tertentu.
- Efek obat tertentu pada janin tergantung pada dosis. waktu dan lama paparan serta faktor genetik dan lingkungan. Resiko tertinggi
janin mengalami cedera adalah selama periode embriogenesis (hari ke 17 –
45 pasca konsepsi)
KATEGORI RESIKO UNTUK OBAT DALAM KEHAMILAN
PRINSIP PEMAKAIAN OBAT DALAM KEHAMILAN
- Pertimbangkan mengatasi penyakit tanpa menggunakan obat, terutama pada 3
bulan pertama kehamilan.
- Obat hanya digunakan bila manfaat yang diperoleh ibu lebih besar
dibandingkan kemungkinan resiko yang bakal terjadi pada janin.
- Apabila harus menggunakan obat, pilihlah obat yang telah dipakai secara
luas selama kehamilan. Hindarilah penggunaan obat yang baru beredar karena
belum cukup waktu untuk mengetahui keamanannya.
- Hindari penggunaan obat
polifarmasi – menelan berjenis-jenis obat (4 atau 5 jenis), terapi obat yang terdiri dari zat tunggal.
- Cari tahu apakah obat yang akan digunakan aman sesuai kategori dunia
pengobatan.
- Gunakan hanya jika memang ada indikasi mutlak
- Gunakan dosis efektif terendah
- Hindari pemakaian obat bebas
PENGGUNAAN OBAT DAN PENGARUHNYA PADA JANIN
a.
Asetaminofen
Asetaminofen (Tylenol®, Dakril®, Panadol®, Parasetamol®) merupakan
obat kehamilan grup B. Obat ini adalah obat yang paling sering dipakai selama kehamilan
dan dipakai pada semua trimester kehamilan untuk jangka waktu yang pendek,
terutama untuk efek analgesik dan antipiretiknya. Asetaminofen ditemukan juga
pada air susu ibu dalam konsentrasi yang kecil . Saat ini tidak ditemukan bukti
nyata adanya anomali janin akibat pemakaian obat ini (Hayes dan Kee, 1993).
b.
Vitamin
Salah satu faktor utama untuk mempertahankan kesehatan selama
kehamilan dan melahirkan janin yang sehat adalah asupan zat-zat gizi yang cukup
dalambentuk energi, protein, vitamin dan mineral. Vitamin A (isotretonoin,
etretinat) merupakan teratogen kuat, menunjukkan bahwa analog tersebut dapat
merubah proses diferensiasi normal. Penambahan asam folat selama kehamilan dimaksudkan
untuk menurunkan terjadinya kelainan pembuluh saraf. Vitamin yang sering
digunakan dalam kehamilan misalnya asam folat untuk mencegah defek tabung
syaraf, seperti spina bifida, kalsium yang digunakan untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan janin, termasuk pembentukan tulang dan gigi, dan
suplemen lain seperti vitamin B12 dan vitamin D (Katzung, 1998).
c. Asam
folat
Selama kehamilan asam folat (Vitamin B9, folagin) diperlukan dalam
jumlah yang lebih banyak. Defisiensi asam folat di awal kehamilan dapat
menyebabkan absorbsi spontaneus atau defek kelahiran (defek pada tabung
dan saraf), kelahiran premature, berat badan lahir yang rendah, dan
solusio plasenta (pelepasan plasenta yang lebih dini dari seharusnya).
Kebutuhan asam folat yang direkomendasikan untuk sehari adalah 180 mg, untuk
kehamilan diperlukan asam folat sebanyak 400 sampai 800 mg (Hayes dan Kee,
1993).
d. Zat
besi
Selama kehamilan, kira–kira jumlah zat besi yang diperlukan dua kali
keadaan normal untuk memenuhi kebutuhan setiap hari bagi ibu dan janin. Tambahan
zat besi biasanya tidak diperlukan sampai trimester kedua kehamilan sewaktu
janin mulai menyimpan besi, tetapi kebutuhan tertinggi adalah pada waktu
trimester ketiga. Tidak ada efek teratogenik yang pernah dilaporkan dengan dosis
fisiologis (Hayes dan Kee, 1993).
e.
Antiemetik
Mual dan muntah selama masa kehamilan paling banyak dikeluhkan oleh
ibu hamil (kira–kira 88%) kemungkinan disebabkan oleh peningkatan kadar gonadotropik
korionik manusia. Hiperemesis gravidarum adalah muntah-muntah pada
wanita hamil yang dapat berakibat fatal. Penderita hiperemesis gravidarum mengalami
muntah terus–menerus sehingga cadangan karbohidrat, protein dan lemak digunakan
sebagai pengganti energi (Hayes dan Kee, 1993).
f.
Antibiotik
Wanita muda sering mengalami infeksi, khususnya infeksi saluran
kemih, karenanya memerlukan terapi antimikroba. Wanita hamil mempunyai resiko
yang lebih besar untuk mendapatkan infeksi saluran pernapasan atas yang lebih menyusahkan,
karena seringkali berada dalam suatu lingkungan dengan anak-anak kecil.
Penggunaan obat yang hendaknya dihindari karena menimbulkan resiko terhadap
janin misalnya streptomisin yang menyebabkan ototoksisitas pada janin setelah
pemberian terapi jangka panjang untuk tuberculosis ibunya. Selanjutnya, karena
dampaknya yang membahayakan bagi janin, aminoglikosida lain, seperti gentamisin,
tobramisin, netilmisin, dan amikasin, hendaknya dihindari untuk infeksi ringan,
tetapi untuk terapi infeksi yang serius, disamping efektifitas perlu dipertimbangkan
kemungkinan resiko terhadap janin (Rubin, 2000 dalam Mahardinata, 2009).
g.
Antikoagulan
Antikoagulan oral telah dikenal sebagai teratogen selama beberapa
tahun dan dihubungkan dengan tiga jenis kelainan utama. Pertama, angka aborsi
meningkat sampai 50%. Kedua, antikoagulan dapat menyebabkan suatu embriopati
yang telah dikenal dengan baik, yang mencakup pemendekan dan bercak-bercak (kondrodisplasia
punktata) tulang dan hipoplasia hidung. Kedua kelainan ini lebih sering
terjadi, meskipun tidak selalu, pada terapi dalam trimester pertama. Ketiga beresiko
menyebabkan kelainan yang serius pada sistem saraf pusat, yang diperkirakan
disebabkan oleh dysplasia garis tengah dorsal, yang meliputi tidak terbentuknya
korpus kallosum, sindrom Dandy-Walker, dan ensefalokel.
KESIMPULAN
Informasi tentang obat-obat yang memberikan pengaruh buruk selama
kehamilan seharusnya dimiliki oleh ibu-ibu yang sedang hamil. Hal ini supaya
bisa menjadi pedoman saat keadaan sakit yang terpaksa diderita dan mengharuskan
memakai obat-obatan. Pemakaian obat selama hamil sebaiknya memang dihindari,
akan tetapi bagi tubuh yang sakit dan kondisi sakit tersebut akan bertambah
parah jika terus dibiarkan, maka pengobatan adalah jalan yang terbaik. Ketepatan
dalam pemilihan obat diperlukan untuk mengurangi sekecil mungkin efek samping
merugikan yang dapat timbul. Pemberian obat harus berdasarkan indikasi medis, jangan sembarangan memakan
obat karena setiap obat mempunyai karakteristik sendiri dan memiliki potensi
untuk menimbulkan bahaya terhadap janin.
DAFTAR PUSTAKA
Hayes, Evelyn R dan Kee,
Joyce L, 1993. Farmakologi, WB
Saunders Company
Katzung, G Bertram. 1998. Basic and Clinical Pharmacology, Lange
Medical, McGrawhill.
Mahardinata, Irfan. 2009. Gambaran Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil Pasien
Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Januari–Juni Tahun 2009.
Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta (tidak untuk
dipublikasikan)
Mansjoer, F.C. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3,
Jilid 1, Media Ausculapus, FK Universitas Indonesia, Jakarta
Tjay, Tan Hoan dan Rahardja,
K. 2007. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Wignjosastro, H. 1999. Perubahan Anatomi Fisiologik pada Wanita Hamil,
Diagnosis Kehamilan, Ilmu Kebidanan, Edisi IV, Yayasan Bina Pustaka,
Jakarta.
http://yudihardis.com/obat-hamil/ diakses tanggal 23
Desember 2011